Di minggu ini,semua santri sibuk
mempersiapkan diri dengan berbagai macam persiapan ke Kampung Halaman
masing-masing. Aku pun ikut bergegas mempersiapkan segala persiapan serta
barang-barang yang hendak ku bawa pulang ke Bandung. Setelah selesai berpamitan
dengan teman sesama santri,aku pun mulai menuju ke Stasiun terdekat di Wonosobo
ini.
Kereta mulai melaju kencang
membawaku ke alunan nada yang sayup-sayup. Keramaian yang terjadi di Kereta ini
membuatku merasa penat dan mulai lelah.Akhirnya mata pun mulai terpejam,namun
tanpa kusadari lelaki yang sedari tadi disampingku mulai tertunduk diam dengan
sebuah bacaan yang nampaknya masih terus ia baca. Aku tak lama
memperhatikannya,mata ini begitu lelah dan akhirnya benar-benar terpejam.
“Mba…maaf,tadi tasbihnya jatuh.”
Sambil memberikan tasbih ungu itu
padaku. Aku pun tersenyum malu menyaksikannya,sambil terus menyesali
kecerobohanku.Andai tasbih ini sampai hilang,aku tak tahu apa yang akan ku
lakukan.Betapa cerobohnya aku hingga tak sanggup menjaga pemberian
terakhir Alm ayahku. “Ya,terimakasih..”
Hanya itu yang sanggup ku ucapkan saat itu. Kereta ini masih terus berjalan,aku
teringat akan sebuah pesan yang belum sempat ku kirim untuk ibuku. Aku pun
segera membuka ponselku,tak sadar aku teringat sesuatu.”Ya Allah,Bagaimana ini
kartu santriku tertinggal ?!” Lelaki yang sedari tadi di sampingku pun akhirnya
mebuka pembicaraan. Dari kejadian itu akhirnya kita saling berkenalan, dari
informasi yang ku dapat akhirnya aku
tahu bahwa dia juga seorang santri. Kami mulai saling mengeenal,meski dengan
nada percakapan yang agak malu-malu kami lontarkan. “Oh jadi namamu Naura, dan
sekarang sedang menjalani proses menjadi seorang hafidzoh ? Hmm..sangat langka
menemukan wanita sepertimu sekarang.”
Aku pun hanya tersenyum dan
tertunduk tak banyak bicara.Tapi yang jelas,aku tahu nampaknya ia seorang
pemuda yang sholeh.
Tak sadar,kami telah sampai di
Bandung. Kami bergegas turun dari kereta
dengan barang bawaan yan tak lupa kami jinjing dengan susah
payah.”Selanjutnya kamu mau kemana ?” Tanya Arifin pemuda yang tadi duduk di
sampingku. “Kencana Putih,Alamatku di sana.” Aku tak banyak berkata. Sebelum
kami menuju k e alamat kami masing-masing,aku lihat dia tengah menunggu
seseorang sambil berjalan-jalan Nampak tengah kebingungan. “Apa kau juga belum
di jemput?” tanyanya padaku. “Hmm..ya. Nampaknya Ibuku agak terlambat.Siapa yang kamu tunggu
?” “Emm..Ah! Itu dia.” Nampak perempuan cantik yang menghampirinya. Perempuan
itu Nampak lebih muda darinya, dengan busana muslimah dan jilbab menutup
wajahnya membuatnya terlihat begitu cantik dan sopan.
Tubuhku terasa begitu lelah setelah
menempuh perjalanan panjang ini. Libur semester ini akan ku manfaatkan untuk
menyelesaikan skripsiku serta menemani ibu tercinta yang nampaknya begitu
merasakan kekosongan sepeninggal ayah. Teringat akan pesan terakhir dari ayah
untuk selalu menjaga ibu,dan…akhh, jodoh!” Aku tersenyum kecil mengingat hal
itu. Rasa sedih dan kehilangan yang kurasakan rasanya tak saberapa dari yang
dirasakan ibu.Sesosok perempuan yang kasihnya tak mampu kubalas dengan apapun.
Pandanganku melayang pada segelang tasbih berwarna ungu yang sempat jauh di
kereta ekonomi waktu itu.Yang membuatku tak prnah jauh dari bayangan sosok
ayah,tak lupa dengan pesannya yang hingga kini masih ku fikirkan. Bayanganku
akan sosok lelaki yang akan mendampingiku masih jauh tak ku temukan.”Oh Tuhan..Semoga
aku tak mengecewakan ibu dan ayah yang sangat menyayangi anak semata wayangnya
ini.” Pikiran kecil dalam benakku.
Ibu mulai mengawali pembicaraan di
Meja Makan. Rasa rindu akan kehangatan keluarga yang dulu kerasakan menghampiri
jiwa ini. Setelah bercakap-cakap dan bertukar fikiran mengenai kuliahku
kedepan,tiba-tiba ibu meneteskan air mata. Bening air mata itu menggambarkan
rasa khawatir dan entah ribuan perasaan apa yang hadir di pikirannya. “Naura
apa kamu masih ingat pesan ayah?” Aku hanya mengangguk lemas.”Kamu tahu ibu
sudah tidak muda lagi.Umurmu juga telah cukup untuk mencari pendamping yang
tepat untuk mu.” “Iya bu…Naura tahu
.Tapi entah lah sosok yang ku rasa tepat untukku dan sanggup mencintai ibu
saperti rasa cinta anak pada ibunya belum aku temukan.Bu..Naura hanya igin
seorang lelaki sholeh yang juga mampu mencintai ibu seperti Naura sayang sama
ibu.” Suasan mulai hening,beberapa saat tak terdengar suara diantara kami.
Lagi-lagi ibu menjatuhkan air matanya,tak banyak hal yang mampu ia katakan.
Beliau hanya meminta agar aku cepat mencari pendamping untukku, dan selesai
wisuda sntri nanti aku akan mencoba untuk mewujudkannya.
Hari-hari yang ku lalui disini
teras begitu cepat. Tak teras besok aku harus sudah kembali ke Pondok Pesantren
Nurul Qur’an. Padahal,aku masih sibuk mengurusi skripsiku yang harus ku
selesaikan dim semester 8 ini. Aku cukup meras kesulitan ketika harus menemukan
judul skripsi yang tepat di fakultas yang ku jalani,yaitu “Fak. Pendidikan
Bahasa dan Sastra Arab” UNIVERSITAS SAINS AL- QUR’AN WONOSOBO. Kesibukan yang selama ini hadir ditengah aktivitasku
yang padt membuatku terkadang lupa akan pesan Ayah. “Akh..mungkin memang belum
waktunya!” Pikirku cepat-cepat menutup perasaan ini.Sebelum aku kembali ke
PONPES,aku harus cepat-cepat menyiapkan
segala materi untuk skripsiku.Dan targetku untuk menyelesaikan hafalanku
harus selesai di semester ini. Ibu selalu mengingatkanku agar menjadi hafidzoh
yang bertanggung jawab, mampu menjaga dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an!
Akan selalu ku ingat dan coba ku terapkan.
Hari ini hari pertamaku di USQ
WONOSOBO,kampusku tercinta setelah libur panjang yang usai kulalui.Kesibuan
mulai benar-benar menghampiriku.Mulai dari tugas kampus,kegiatan pesantren,atu
Organisasa HIMA FBSA yang ku lalui yang membuatku jarang member kabar kerumah
akhir-akhir ini. Ketika tengah asyiknya jari-jemariku memainkan laptop,duduklah seorang perempuan
cantik di sampingku. Aku tertegun melihatnya, aku rasa bukan hanya karena kecantikannya
namun juga kesopanan dan kehalusan budi
yang nampaknya tak asing bagiku.Wanita itu mulai menyapaku.Ia bertanya banyak
hal padaku,sekaligus muli memperkenalkan dirinya.Namun,otak ini terus
bertanya-tanya siapa wanita di depanku ini.Sepertinya aku pernah melihatnya.
“Akh ! Ya. Aku ingat, dia adalah wanita yang aku lihat menjemput Arifin,lelaki
kenalan ku di kereta ekonomi waktu itu. “Tapi..Bagaimana bisa dia ada di sini?
Di hadapan ku?”
Setelah banyak hal ia ceritakan
,akhirnya aku tahu bahwa dia adalah adik kandung Arifin. Dia pun menceritakan
latar belakang keluarganya, aku pun mulai banyak bertanya.Dia bercerita bahwa
Ayahnya sedang sakit keras .Kepulangan
kakak nya pun dikarenakan sakitnya sang Ayah. Dan yang tak kusangka lagi,dia juga mahasiswi USQ
semester 4 “PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM”.
Lewat pertemuan ku dangan Salsabila
Anggraini atau yang akrab dipanggil “Aini”,aku mulai tahu banyak hal tentang
Arifin. Aku sering kali diajak ke kost-an
Aini untuk sekedar main atau membantunya mengerjakan tugas-tugas makul
yang sekiranya aku bisa.Kami menjadi begitu akrab,bahkan lewat kedekatanku dengan
Aini,, Aku pun menjadi dekat dengan Arifin.
Arifin sering kali membantu pembuatan skripsiku.Aku tahu,dia lebih
pintar dariku. Ia terbilang mahasiswa berprestasi di kampusnya ,dan baru
selesai di wisuda.. Dan tengah bekerja di UQI(UNIVERSITAS QUR’AN INDONESIA)
JAKARTA sebagai Ass Dosen. Aku tak pernah menyangka bisa mengenalnya lebih
dekat. Persahabatan yang terjalin diantara kami memang terbilang cukup dekat
meski hanya sekedar berkomunikasi lewat E-mail,SMS,atau hanya dengan pertemuan
singkat yang tak sengaja terjadi ketika aku main ke kot-an Aini. Aku tak tahu
entah apa yang ku rasakan ketika aku berada di dekatnya, hatiku merasa suatu
hal yang aneh saat itu. Aku pun merasakan kekaguman pada sosok “Fahri Nur
Arifin” yang terlihat begitu sopan dan menghargai wanita.Terlihat dari caranya
menghargaiku dan kesabarannya merawat Aini yang juga sering sakit seperti
Ayahnya.Sungguh sosok lelaki sholeh nan tangguh yang kini dihadapanku!
Suatu ketika aku tengah menunggu
Aini di Taman tempat biasa kami bertemu. Hari ini dia memintaku untuk
membantunya memilihkan kado yang tepat untuk Ayahnya,,Karena tepat tanggal
01-01-13 ini Ayahnya berusia 60 tahun.Namun aku bingung ia tak kunjung datang !
Aku pun mulai cemas,Padahal 1 jam lebih aku menunggunya tapi tak kunjung ku
lihat Aini di sekitar tempat ini.Beberapa saat kemudian ponselku
bordering,ternyata sms dari Aini.
“Maaf ka Naura,hari ini aku tak
bisa memenuhi janji untuk pergi membeli kado bersamamu. Kemarin sore Ayah
sakit,dan aku langsung pulang tak sempat member kabar. Maaf ka..Aini minta do’a
untuk kesembuhan Ayah,Ka..”. Membaca pesan ini membuatku membuatku merasakan
kesedihan serta menghawatirkan kondisi Ayah Aini.Aku takut hal yang dulu
terjadi pada Ayahku terulang lagi pada Ayah Aini. Hanya berselang beberapa
jam,Arifin menelfonku..Dia memberitahukan keadaan Ayahnya yang begitu kritis,Ia
memintaku untuk menemani Aini di Bandung karena dia harus bolak-balik
Jakarta-Bandung untuk mengurusi surat libur sementara dan pengalihan tugasnya
di Jakarta. Aku mengerti akan kesibukannya,dan Aku setuju untuk menemani Aini
disana.
Tiba di Bandung ,aku bergegas ke RS
CITRA BUANA tempat Ayah Arifin di rawat.Beberapa kali nampaknya Aini dan Arifin
mencoba menghubungiku,tapi tak sempat ku jawab panggilannya. Aku pun penasaran
apa yang sebenarnya terjadi. Pikiranku mulai kacau,begitu khawatir sesuatu
terjadi pada Ayah Aini. Aku pun mempercepat langkahku menuju ruang UGD di RS
CITRA ini. Setelaah menemukan ruangan tempat Ayah Aini dirawat, perlahan-lahan
aku mulai membuka pintu. Terdengar bacaaan ayat-ayat suci Al-Qur’an tengah mengalun begitu
indahnya di ruangan ini, Namun kudapati Aini tengah menangis begitu dia
merasakan kesedihan,,hingga matanya yang indah terlihat begitu sembab. Dia
bercerita bahwa Ayahnya baru saja kambuh dan paru-parunya terasa begitu
sakit,,hingga akhirnya dokter menanganinya.Sekarang beliau tengah beristirahat
dan belum juga sadar. Aku pun ikut merasakan kesedihan Aini, hingga tak sadar
air mata berlinang di pipiku.
Aku duduk di samping Arifin ikut
melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Namun beberapa saat kemudian tangan Ayah
Aini mulai bergerak dan ternyata beliau tengah sadar. Beliau terlihat begitu
lemah dan tak mampu banyak bicara.Beliau hanya berpesan agar Arifin cepat
menikah dengan perempuan yang ia cintai yang ternyata adalah aku. Seketika aku
terperanjat, aku tak menyangka bahwa selama ini dia pun menyimpan rasa yang
sama seperti yang kurasakan.Arifin telah banyak menceritakan tentang aku kepada
ayahnya..Dan kado terindah yang diharapkan ayahnya sdi ulang tahunnya kali
ini,adalah melihat Arifin menikah denganku.Namun sayang,semuanya tak dapat terwujud.
Beliau menyatukan tangan kami di atas tubuhnya yang lemah sembari berpesan agar
kami cepat mewujudkan keinginannya tersebut. Nafas terakhir itulah yang membuat
beliau tak sanggup menyaksikan pernikahan kami.
Sesuai rencana pernikahan kami akan
dilangsungkan selesai aku mengikuti khotmil Qur’an dan wisudsa santri siang
ini. Aku bergegas memprsiapakan segala keperluanku untuk mengikuti acara yang
ku tunggu. Kini aku telah menjasdi hafidzoh,menunaikan impianku sedari kecil…Aku
pun menuju kerumah bibi di Bandung, semua keluarga menunggu disana untuk
menyaksikan pernikahanku,tak terkecuali Aini. Dia ikut membantuku merias diri.”Kau
terlihat begitu cantik dan anggun ka..Lihatlah,gaun ini amat cocok untukmu.”
Aku tersenyum mendengar ucapan Aini yang memujiku.Aku pun ingin membuktikan
pujian itu dengan berulang kali melihat gaun yang ku kenakan di kaca. Ya!
Nampak indah memang..membuatku tak sabar menanti Arifin.
Acara hampir dimulai,tapi Arifin
tak kunjung datang, Aku pun mulai resah. Hingga akhirnya aku mencoba
menghubunginya. Arifin memberitahu bahwa sekarang ini dia masih di
kereta,mugkin dia benar benar terlambat karena sebelumnya ia harus
menyelesaikan surat surat penting di Jakarta.Aku mencoba memahaminya.
Namun,untuk sedikit menenangkan diri, aku memutuskan untuk berdzikir
menggunakan tasbih pemberian Alm Ayah.Aku tertegun manakala tasbih itu sempat
jatuh ketika aku tengah berdzikir menenangkan diri. Aku begitu yakin aku
memegangnya begitu erat. Fikiranku mulai tak tenang ketika beberapa kali aku
mncoba menghubungi Arifin namun taka da jawaban. Hingga akhirnya aku mendapat
sebuah telepon dari polisi yang memberi tahu bahwa Arifin mengalami kecelakaan
dan dirawat di RSUD WONOSOBO.
Sesampainya di Rumah Sakit, aku
menyaksikan Arifin terbaring lemah dan terdapat luka disekujur tubuhnya. Dokter
bilang, mungkin dia akan tak sadar untuk beberapa waktu yang cukup lama. Air
mata ini meleleh tak sanggup menyaksikannya. Tatkala lantunan ayat suci Al
Qur’an memecah keheningan,Aku mencoba untuk terus membuat Arifin tersadar
dengan kata kata yang berulang kali aku bisikan padanya.”Bertahanlah,Demi Cinta
kita…Bertahanlah!”. Tangan Arifin mulai bergerak dan ia tersadar,terlihat
simpul senyum di bibirnya yang begitu manis dan kedipan mata yang
mengisyaratkan agar ijab qobul tetap berjalan demi memenuhi janji pada
Ayahnya.Akhirnya ijab qobul dilangsungkan ditengah kondisinya yang
mengharukan,dengan mahar seperangkat alat sholat dan Mushaf AL Qur’an berwarna
ungu peninggalan Ayahnya yang turut menjadi saksi pernikahan kami. Tak
berselang lama Arifin memandangku dengan senyuman bersambut air mata yang turut
mengiringi kepergiannya…
Sesusai pemakaman,Aku tak bisa berbohong
meski telah kucoba menyimpan kepedihan ini.Aku memutuskan untuk membaca mahar
perkawinanku hingga sayup sayup kulihat butiran ayat ayat yang membawaku tak
sadarkan diri.Kini aku tengah berada di Sebuah taman yang nampak begitu indah
dengan bunga bunga yang bertebaran dan keharuman yang semerbak.Aku mencoba
mengenali tempat ini,hingga saat..Aku melihat Arifin! Aku mengejarnya! Dia
memelukku erat,aku tak mau melepaskannya. Namun perlahan ia mulai menjauh
sembari berkata “Aku menunggumu di surgaNYA,tempat cinta kita yang
abadi.Setulus cintaku yang setia menunggumu.Ya habibi…”. Aku berusaha
mengejarnya,Tapi dia menghilang! Hingga akhirnya belaian lembut tangan ibuku
membangunkanku dan membuatku sadar, Itu hanya mimpi! Dalam hati kecilku aku
hanya sanggup berucap takbir yang tak luput dengan air mata..Senja di sore ini
turut menjadi saksi kisah cinta yang tak berdaya menyaksikan takdir yang
memisahkan cinta suci mahluk yang lemah ini.
~THE END~
By : Desi Lestari (Dessy ZahratulQolbi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar