Rabu, 26 November 2014

Pahit Mencintaimu

Berawal dari kekagumanku terhadap sikap manis nan lembutmu. Cerita demi cerita, hari demi hari telah kau ukir jejakmu di dalam duniaku. Ku pikir hariku lebih indah setelah kau goreskan warna-warna baru di hidupku,membuatku tak bosan memandang dan tak jenuh berkisah agar seluruh dunia tahu ‘Akulah orang paling beruntung itu’. Tapi ternyata salah mengenalmu. Warna-warna yang kau toreh itu merubah nuansa indah yang talah tercipta, kau ubah setiap detail kehidupan yang bertahun-tahun ku bangun demi sebuah impian yang aku tegakkan dengan tonggak dan kakiku sendiri. Kau membuat aku seakan mengubah haluan, menaifkan diri atas apa yang telah terjadi, tak peduli akan apa yang aku yakini, dan setiap detail-nya telah kau jadikan seperti duniamu sendiri “Taman Mimpimu”. Kau hanya berkelana ketika ku yakini kau adalah pelabuhan hatiku, Kau hanya menganggap aku sebagai boneka yang melengkapi istana mimpimu. Aku.. ? Dimana kau jadikan aku istimewa setelah ku anggap kamu lah segalanya ?
Manismu, lembutmu, cinta kasihmu, semua semu. Kau tak lebih dulu yakinkan hatimu sebelum benar-benar memilihku sebagai pelabuhan cintamu. Lantas,apa selama ini aku adalah persinggahanmu ? Ya. Pertanyaan yang ku pikir begitu terlambat ku lontarkan padamu. Saat kehidupanku telah hancur kau sama ratakan, saat kau enggan menengok duniaku dalam jendela keabadianmu, saat itu pula aku benar-benar yakin aku telah salah mengenalmu. Semua yang aku korbankan demi hidupku telah sirna. Semua yang ku perjuangkan demi kamu terasa hampa. Harus ku sebut apa kamu dengan semua jejak hitammu ? Harus apa lagi yang membuatmu yakin kamu adalah cerita terpahitku ?
Tuhan.. Andai saat itu aku mengingat-MU dan bertahan mencintai-MU lebih dari segalanya,mungkin aku takkan pernah kehilangan setengah sayapku untuk terbang kembali di pelukan- MU. Aku… Aku bukan kasih-MU yang setia. Apa aku masih bisa menyebut diriku seorang kekasih setelah sekian lama aku melupakan hidupku bersama-MU ? Apa masih ???  Padahal hanya Engkau sejatinya hidup dan matiku. Tapi bagaimana aku mendekat saat cinta semu telah begitu menjauhkanku dari pangkuan-MU ? Tuhan…… jangan hakimi aku atas kelalaianku, aku takkan pernah siap kehilangan lagi cinta sejati dari Engkau Rabbku.
Jangan. Jangan kau ingatkan lagi aku tentangmu. Tentang kehancuran hidupku. Manakala keangkuhan mu telah menyadarkan ku betapa tiada bergunanya hidup mengharap cinta semu-mu. Masih getir terasa di inderaku karena cercaan-mu, masih kelam ku rasa langkah yang harus ku rajut ulang demi kesejatian cintaku. Dan semua yang ku alami, ku dera, dan ku rasa, adalah karena aku terlalu dalam menaruh kepercayaan dan hatiku padamu. Setelah kamu adalah derita yang rupa dan jejaknya tak pernah lagi ingin ku abadikan di hidupku, maka jauh darimu bukan lagi pilihan. Ia adalah kepastian dan tantangan yang akan menguji kembali cinta kasihku pada Rabb-ku. Untuk kembali dalam kesejukan cinta kasih Sang Pencipta yang lebih luas serta murah kasih sayang-NYA berbanding semua makhluk penghuni alam ini.
Tuhan…. Kini terima kembali aku di tempatku yang begitu indah bersanding dengan-MU. Jangan lagi KAU menjauh, dan aku mendekat, lebih dekat, di titik terdekat antara cinta Khalik dan Sang Makhluk. “ aku dan Engkau.. Rabbku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar