Mengarungi
jejak langkah kaki tanpa petuah asa
Berjalan
berteman nestapa, lara, dan
duka ..
Cinta…rembulan menertawakan pelannya langkahku melangkah
Mengikuti tiap jengkal cahaya
yang tertangkap panca indera
Terseok-seok penuh derita
tersebab aral melintang di medan juang
Mengejar senja esok di pelupuk
mata mengharap hadirmu belahan jiwa
Ku genggam apik naluri rindu
demi janji yang membungkam ragaku
Terus..dan terus..menapaki jalan
berliku..
Berselimut senyum kaku rembulan
padaku dan lautan semangat karenamu ‘jiwaku’
Cinta…di
ujung batas kota ini,pernah tertoreh tinta berukir nama kita berdua
Melingkar sebuah
cincin mungil di jari manis adinda
Kini
sebongkah harapan mengantarku pada tempat yang sama
Senja yang
sama,yang pernah menjadi saksi butanya dua insan memadu asmara..
Senja..di
belantara mana kau sembunyikan raga yang begitu ku damba ?
Mungkinkah
senja telah merubah wajahnya hingga tak kau jumpai dinda di batas kota ?
Cinta… perjalanan telah begitu
panjang dinda lewati
Di tepian rasa kecewa bercampur
gundah melanda
Bukankah masih sempat dinda
sisipkan kesetiaan sampai detik dimana raga terasa hampa ?
Bukankah bayangmu masih menjadi
satu-satunya lentera tatkala putus asa begitu menggoda?
Mantera apa yang mampu sekuat
cinta ?
Derita mana yang tak tertindas
olehnya ?
Senja…
Kini kau
adalah saksi bisu kesetiaanku
Saat janji
mendorong hati terus berharap meski semu
Saat rindu
menjadi akar tatkala raga hampir tumbang
Saat cinta adalah
lentera kala langkahku gulita
Entah
belahan dunia mana yang masih sanggup percayainya
Yang ku
tahu,senyummu tetaplah sama ..
Hingga waktu
telah menjadi pemisah dua sejoli dalam sangkarnya
Dan hanya
kau lah ‘senja’ yang mampu bercerita tentang setiaku padanya
Tentang kesetiaan
menanti menatap wajah senja,di batas kota yang sama ..
Bersamamu…Belahan
Jiwa…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar