Senin, 01 Desember 2014

AYAH…….

Masih ku papah rapuhnya bahu ini
Ku eratkan jari jemari sembari kumpulkan kekuatan
Tanpa ragu ku coba sematkan harapan tuk bertahan…

Di usia senja kini ratapan bukan lah hal baru
Sesekali layangkan pandang pada gundukan tanah bertabur bunga
Memoar yang tak enggan henti berkelana
Sebab rasaku tak sedikit pun menyentuh kalbu
Dan siapkan iman kemantapan itu…

Meski enggan rasanya tulang-tulangku berbaur rata dg sebuah benda mati
Namun demi sepatah kata menolak pun tak sanggup lidah ini bergumam
Air mata mengalir mewarnai gemetar nya gemuruh dalam kalbu
Mengingat tak usai disini penghakiman Sang Illahi…

Tatkala seorang gadis belia menitikkan air mata sembari berkata ‘Ayah..’
Bola mataku tak sanggup menerawang penuh kepedihan sang gadis
Hanya  air mata yang masih mampu mengalir menikmati lantunan ayat suci
Bergema beserta bisikkan do’a berharap alam sadarku terpanggil
Sekali lagi angin berhembus lirih layangkan pesan cinta ke langit
Berharap Sang Kuasa izinkan sang gadis berbisik cinta lebih lama pada sang ‘Ayah..’

Sang gadis terus merintih ungkapkan kesalnya ia sebab rapuhnya tubuh ini
Lekas ia gapai tangan ini dan tergenggam erat bak simpul sebuah tali
Ia mengerti saat tak ada lagu bahu yang memapahnya tuk bersandar
Selalu siap bahu ini sodorkan diri
Kini pandangnya pun hanya tinggal bahu yang lemah menemani
Ingatkan ia tatkala bola matanya tak sanggup bicara dan sebongkah air mata jatuh mewakili gundahnya
Akan selalu hadir belai tangan ini tuk hapus tangis di pipi merahnya
Kini tak ada gerakan barang sejengkal pun yang mampu menjawab kegelisahan sang gadis…


Entah medan magnet apa yang membuat sang gadis belia enggan beranjak dari sosok yang dulu selalu mendekapnya
Berjam-jam,berhari-hari,dan setiap detik yang berlalu adalah penjara yang samar bagi sang gadis
Waktu telah membuat gadis belia itu melalui aral di sebuah tempat diantara ribuan nyawa dalam keadaan darurat
Hanya tersisa secercah harapan yang masih apik dalam genggaman akan malaikat karibnya ‘Ayah’

Tasbih,tahmid,serta ribuan do’a beriring menghantar jejak nafas ini
Dari bidadari kecil yang melabuhkan harapan ketegaran jiwaku
‘Ayah..untuk siapa karangan bunga ini ku rangkai?
Untuk siapa medali ini ku persembahkan?
Untuk siapa ketegaran ini ku perjuangkan?
Jika engkau yang ku nanti enggan mendengar jeritan hati ini
Tak lagi peduli seberapa keras ku merintih berharap masih ada waktu lumatkan canda tawa bersamamu’


Sejenak suasana begitu hening………
Ia terisak dan kembali hatinya berkabut
Tertahan sejenak sebelum manusia berbaju putih  mengendap-endap masuk
Serentak terdengar ‘Innalillahi wa inna ilaihi roji’un..’

Dunia seakan kelam,kabut hitam berbela sungkawa
Betapa pedih nan miris menghantam jiwa suci sang gadis
Untaian do’a lah  yang menjadi persembahan terakhir di hembusan nafas ini
Namun ia mengerti,cinta  Sang Illahi pada malaikat karibnya membuat ia harus berbesar hati
Dalam menghantar ‘Ayah’ ke haribaan Sang Illahi…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar