Senin, 02 Maret 2015

BAHAGIA SEJATI (Truly happiness)

Hidup bukanlah rutinitas tanpa henti. Ada saat dimana jeda waktu sangat berharga dalam merenungi langkah-langkah yang telah ditapaki. Jika apa yang kita kerjakan saat ini adalah perjuangan mencapai kesuksesan, maka apa sesungguhnya yang di cari ? Apa puncak dari semua yang ingin kita gapai dalam proses kehidupaan ini? Bukankah kita semua hanya berharap kebahagiaan adalah tujuan ? Lalu dimana ia berada? Harus dimana kita mencarinya? Ah sungguh betapa banyak pertanyaan akan muncul dan mulai terjabarkan jika kita bicara tentang tujuan hidup ini.
                Pada dasarnya toh hidup adalah sebuah proses. Dimana apa yang kita jalani adalah bentuk usaha kita mencapai taraf hidup yang lebih baik. Setelah Allah menetapkan kita sebagai khalifah di bumi-NYA, maka sejak itulah proses kehidupan yang pelik berlangsung. Masing-masing kita melewati hidup dengan caranya masing-masing. Tapi, sesungguhnya tujuan kita pasti sama, mendapatkan kebahagiaan dan menjadi yang terbaik dalam menjalani kehidupan kita masing-masing. Maka terlalu sulit untuk melepaskan diri dari tanggungjawb berat yang harus kita jalani sebagai khalifah (pemimpin) di bumi ini. Kita selalu dituntut untuk menjadi teladan bagi makhluk lain yang tidak lebih sempurna penciptaanya dari kita. Semua itu akan kita jalani dengan proses. Apapun yang terjadi, proses kehidupan tetap berjalan.
                Sekali lagi, hidup tak sampai disini. Karena pasti akan ada hari esok dan seterusnya yang akan tetap berjalan walau kadang kita tak menginginkan banyak hal terjadi. Tentu qodrat dari manusia itu sendiri selalu menginginkan yang terjadi dalam hidup adalah kebahagiaan mewarnai. Tapi pada kenyataannya, semua itu berproses. Jadi mengejar sesuatu yang menjadi tujuan bukan berarti terus berjalan dan tak berhenti sampai dapatnya tujuan itu di depan mata. Sebab sejatinya kehidupan hakiki adalah kehidupan setelah kita mati.-nanti. Lalu untuk apa terus mengejar dan tak menikmati proses kehidupan ini ? Toh semua yang terjadi adalah kenyataan yang mau tidak mau tetap saja terjadi selama kita tak merubah keadaan. Jadi, lupakan sejenak tentang hari esok. Jika benar kebahagiaan adalah sesuatu yang sungguh-sungguh kita cari, maka ia ada dan selalu medampingi.
                Dalam hati sering bertanya “ Dimana kita bisa menemukan kebahagiaan ? Biasakah ia ada dalam genggaman dan tak beranjak pergi walau berbagai prosess kehidupan tetap terjadi ? “
Jawabannya. Berhentilah mencari. Bukankah analoginya, ketika kita mencari sesuatu, berarti sesungguhnya apa yang ingin kita dapatkan itu belum kita temukan sehingga perlu untuk terus dan terus mencari? Lalu sampai kapan? Rasanya akan sangat terbuang sia-sia hidup ini jika digunakan hanya dengan mengejar-ngejar yang tak ada ujungnya itu. Ingatlah, kehidupan adalah proses, dan bukan rutinitas tanpa henti.

                Ketika semua kesadaran mulai menghinggapi, perlahan otak ini akan berputar pada masa lalu yang telah terlewati. Sesungguhnya masa lalu tetaplah masa lalu, dan akan menjadi bagian dari sejarah. Bagaimana jika kita nikmati saja sejarah itu ? Mengapa? Karena, betapapun sejarah terjadi,ia adalah hikmah yang bermakna untuk mengukir masa depan. Jika pun kita menemukan cacat dalam sejarah, kita akan berfikir untuk tidak mengulangnya di masa mendatang. Maka itulah sebenar-benarnya ketercapaian. Ada disaat kita mau menikmati. Masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang berharap adalah rangkaian cerita indah yang menjadi bukti perjuangan jejak khalifah-NYA ( kita ) di bumi yang fana, dan tak seorang pun menetap dan abadi. Hayati, rasakan sejenak ketenangan dalam diri. Lupakan rutinitas yang memaksa otak membagi waktu dalam. Dan nikmati segala ketercapaian yang ada, maka mengawal kehidupan akan lebih mudah kita rasakan dan terasa ringan walau berat di jalani. Disitu perlahan kebahagiaan terasa ada, semakin dekat. Ia ada dalam kesederhanaan hati menapaki puzzle kehidupan. Menerima setiap proses dan menjalaninya dengan antusias. Percayalah “ Itulah Bahagia Sejati “.

By: Desi Lestari

2 komentar: